Jumat, 10 Agustus 2012

Tolak world tobacco asia conference 2012 di indonesia

koalisi masyarakat anti world tobacco asia conference di indonesia ( MATA ), menyampaikan keprihatinan dan penolakan tegas terhadap  pameran world tobacco asia ( WTA ) conference 2012 di jakarta pada tanggal 19 - 21 september 2012. dalam situs resminya, penyelengara WTA 2012 menyatakan bahwa indonesia dipilih sebagi ajang pameran rokok karena pemerintah indonesia dinilai sangat mendukung industri rokok dan bahwa indonesia adalah pasar rokok yang sangat dinamis tanpa adanya kebijakan pengendalian rokok yang tegas. selama ini indonesia telah di kucilkan dalam komunitas kesehatan international karena tidak menjadi bagian dari negara pendukung konvensi pengendalian tembakau internasional ( framework of covention tobacco control / FCTC ). sayangnya hal tersebut semakin di perparah dengan kesediaan indonesia menjadi tuan rumah penyelengara pamera WTA CONFERENCE 2012 di jakarta untuk kali kedua

PENYELENGARA WTA CONFERENCE 2012 SEBAGAI BENTUK PELECEHAN KEDAULATAN PEMERINTAH

fakta fakta mengenai dampak buruk rokok, seharusnya menjadi dasar bagi pemerintah dan seluruh masyarakat indonesia untuk bersinegri dalam usaha mengendalikan konsumsi rokok. sayangnya lemahnyaa komitmen pemerintah dalam usaha pengendalian konsumsi rokok di indonesia di maikan sedemikian rupa oleh pihak pihak yang berkepentingan untuk mengadakan WTA CONFERENCE 2012 di jakarta 

" pasar rokok di indonesia merupakan pasar yang berkembang cepat di dunia sebanyak 30 persen dari 248 juta penduduk dewasa merokok jumlah tersebut membuat indonesia menempati peringkat kelima sebagai pasar rokok terbesar di dunia tidak seperti negara negara tetangga di ASEAN indonesia juga di kenal sebagai negara yang bersahabat dengan pasar rokok, karena indonesia tidak memiliki peraturan larangan merokok ataupun peraturan lain. pada ttahun 2009 jumlah perokok wilayah asia pasifik bertambah sebanyak 6 juta perokok baru dan akan bertambah lagi sebesar lagi sebesar 30 juta pada tahun 2014"

" kami menilai pernyataan tersebut di atas merupakan pernyataan yang melecehkan kedaulatan pemerintah indonesia dalam mengusahakan kesehatan dan kesejahteraan rakyatnya penyelengaraan kegiatan WTA CONFERENCE 2012 di jakarta sekaligus menegaskan bahwa industri rokok international menargetkan masyarakat indonesia sebagi objek bisnis demi kepentingan profit semat tanpa memetingkan kepentingan kesehatan masyarakat indonesia". papar tubagus haryo karbianto ketua MATA

sebagi masyrakat yang memiliki hak hidup sehat dan menikmati udara yang bersih maka sudah sepatutnya kita menolak segala bentuk penjajahan moderen seperti pelaksaan WTA CONFERENCE 2012 ini. " karena itu kami sungguh sungguh menghimbau agar pemerintah indonesia, termasuk semua kementrian yang ada agar secara eksplisit dan implisit tidak memberikan dukungan dalam bentuk apapun dan menarik diri dari keikutsertaan baik aktif maupun secara pasif dalam penyelengaraan WTA CONFERENCE 2012 di wilayah indonesia " tegas tubagus lebih lanjut.

Menjajah Indonesia melalui World Tobacco Asia


 “Jakarta will, for the second time, be the host city for World Tobacco Asia 2012 and the perfect location to celebrate World Tobacco’s 40th year organising international tobacco events. Indonesia’s cigarette market is considered the world’s fastest developing market. 30 percent of the 248 million adult population smokes which makes Indonesia the fifth-largest cigarette market in the world. Indonesia is a recognized tobacco-friendly market with no smoking bans or other restrictions and regulations in contrast to neighboring ASEAN countries. In 2009, the Asia Pacific region added six million new smokers and will add another 30 million smokers by 2014. Ensure you take advantage of this growing market by exhibiting at World Tobacco Asia 2012.” -dilansir dari laman awal website resmi World Tobacco Asia.

     Masih lekat dalam ingatan kita, betapa di 2010 lalu Indonesia berkabung atas direndahkannya harga diri bangsa dengan penyelenggaraan World Tobacco Asia Exhibition 2010, tahun ini kita dipaksa kembali menenggak keprihatinan yang juga tak kalah dalam. World Tobacco Asia kembali diselenggarakan di Indonesia, kali ini sekaligus perayaan ulang tahun World Tobacco ke-40. Pemerintah, yang seharusnya memprioritaskan kesehatan dan nama baik bangsa, untuk kesekian kalinya  ‘lupa’ melaksanakan amanahnya. Di sisi lain, industri-industri rokok, dengan adanya peraturan-peraturan yang cukup ketat dalam pengamanan tembakau di hampir seluruh negara di dunia, semakin memfokuskan anak panahnya ke Indonesia. Regulasi yang lemah, Peningkatan jumlah perokok usia muda yang sangat pesat, dan populasi penduduk yang besar sukses mengantarkan Indonesia menjadi asbak besar nan nyaman bagi sampah-sampah nikotin dunia.

     Pembiaran atas pembohongan dan pembodohan melalui iklan-iklan rokok, ayat tembakau di UU Kesehatan 2009 yang sempat hilang, dan belum disahkannya RPP Pengamanan Tembakau sampai saat ini sudah lebih dari cukup untuk membuktikan betapa rapuh dan tidak seriusnya pemerintah dalam melindungi kesehatan publik. Dalam hal ini, justru pemerintah terkesan lebih ‘manut’ pada intervensi industri rokok.

     Sesekali memang ada keprihatinan tentang dampak buruk rokok. Tayangan Aldi, bocah 2 tahun yang muncul sedang menikmati rokok dengan khidmat di Youtube misalnya, memicu keprihatinan yang luas dari berbagai kalangan. Begitu pula yang terjadi saat Noor Atika Hasanah (Tika), gadis 25 tahun (yang bertahun-tahun jadi perokok pasif) meninggal lantaran paru-parunya terinfeksi pada Desember 2010 lalu, juga kontan melambungkan berbagai keprihatinan dan kecaman akan bahaya rokok. Tapi keprihatinan sebatas keprihatinan. Kecaman cuma jadi kecaman. Industri rokok tetap berdiri kokoh ditopang oleh 80 juta pecandu rokok seantero Indonesia. Para pebisnis racun nikotin juga tetap masuk deretan orang terkaya sejagat.

     Seperti belum ‘puas’ dengan fakta-fakta ironis yang ada, kini pemerintah kembali menunjukkan kerapuhan dan ketidakseriusannya dalam melindungi kesehatan publik. Penyelenggaraan World Tobacco Asia, sebuah konferensi dan pameran internasional yang dihadiri berbagai pengampu kepentingan industri rokok internasional digelar untuk kedua kalinya di Indonesia dalam tiga tahun terakhir. Idealnya tuan rumah WTA digilir di negara-negara di Asia. Kenyataannya: 2010 Indonesia, 2011 Filiphina, lantas mengapa 2012 kembali di Indonesia? Dan Ironisnya lagi, saat negara-negara lain menolak menjadi tuan rumah atas nama regulasi dan kesehatan bangsanya, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang menerima dengan tangan terbuka.

     Lantas apa tujuan diselenggarakannya WTA di Indonesia? Sudah jelas, industrialisasi rokok dan pengukuhan Indonesia sebagai pasar empuk Industri rokok seluruh dunia. Akan dipamerkan peralatan-peralatan canggih yang entah mampu memproduksi berapa juta batang dalam satu detik, yang kemudian akan menggantikan ribuan buruh-buruh linting yang tidak efisien. Akan dibicarakan bagaimana strategi membodohi remaja (khususnya Indonesia) agar menjadi penyembah setia rokok. Bahkan boleh jadi akan terjadi deal-deal politik untuk bersatu saling dukung untuk ‘menjajah’ dan menghisap darah bangsa Indonesia dengan nikotin. Inikah Indonesia, yang katanya negara yang berdaulat?

     Di masyarakat diedarkan pertanyaan-pertanyaan konyol. Bukankah kretek merupakan warisan budaya sehingga kita perlu menjaganya? Ini kampanye yang digembor-gemborkan industri rokok. Kretek bukan warisan dan budaya karena merupakan upaya Belanda pada waktu itu untuk menjual tembakau/rokok di pasar Indonesia.  Dan seperti kita ketahui bersama: Cigarettes kills. Maka tentu membunuh dan meracuni bangsa melalui asap racun rokok bukanlah budaya bangsa Indonesia yang ingin kita tampilkan dan lestarikan.

     Bahkan Menurut catatan LDFEUI, sejak tahun 2005 PT. Philip Morris International telah menguasai 98 persen saham dari PT HM. Sampoerna. Sementara PT. British American Tobacco (BAT) telah mengakuisisi 57% saham dari PT Bentoel International Investama milik group Rajawali. Pada Juli 2011, KT&G, sebuah perusahaan dari Korea mengumumkan telah membeli 60% saham milik PT Trisakti Purwosari Makmur (TPM), sebuah perusahaan rokok terkemuka dari Surabaya. Sehingga sudah ada tiga raksasa perusahaan rokok multinasional yang menguasai industri rokok dalam negeri.

     Pertanyaan selanjutnya, bukankah WTA akan membantu petani Indonesia? Kenyataannya sebagian besar tembakau diperoleh dari hasil import. Perhatian industri rokok adalah pada pasar potensial Indonesia terutama anak-anak, remaja laki-laki maupun perempuan. Bukan pada kemajuan ekonomi Indonesia apalagi kesejahteraan petani.

     Yang sudah pasti rokok adalah sumber kemiskinan dan kontra pencapaian MDGs: karena cukai rokok yang dibanggakan itu sebenarnya dibebankan kepada perokok, dan malah menjadi pengeluaran terbesar kedua setelah beras, terutama di rumah tangga miskin. Selain itu juga penyakit akibat merokok atau menghisap asap rokok orang lain memiliki beban nilai yang dapat mencapai 5 kali lipat nilai cukai yang masuk. Rakyat yang sakit tidak mungkin dapat memaksimalkan produktivitasnya. Ini juga menjadi beban negara dan upaya boikot bagi pencapaian MDGs Indonesia.

     Yang sudah pasti adalah mempromosikan rokok melalui WTA 2012 hanya akan menguntungkan industri rokok, bukan petani, serta jelas akan merugikan pecandu rokok serta keluarganya.

     Yang lebih pasti lagi adalah kehadiran Bapak Presiden atau wakil dan menteri-menterinya akan menjatuhkan martabat sebagai Pemimpin Bangsa. Cigarette kills. Bila para pimpinan pemerintahan hadir, berarti mendukung pembunuhan masal akibat racun adiksi nikotin rokok.

     Maka pantaslah kita, sebagai negara yang mengaku berdaulat, merasa gerah dengan dijadikannya bangsa Indonesia sebagai objek penghisapan darah dan pembunuhan massal ini. Penyelenggaraan World Tobacco Asia di Indonesia untuk kedua kalinya jelas merupakan pelecehan politik bagi Indonesia. Sementara pemerintah diam saja?

     Barangkali kita perlu mengingat sekaligus mengingatkan kembali ucapan Presiden kita tercinta, Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Kepresidenan saat menerima kunjungan Komisi Nasional Pengendalian Tembakau pada 29 September lalu: “Goal kita sama. Spiritnya sama. Rakyat Indonesia harus selamat dan sehat. Jika tidak, mau jadi apa bangsa ini lima atau sepuluh tahun mendatang?”


oleh Azhar Nurun Ala
Ketua Umum Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Senin, 06 Agustus 2012

Berhenti Merokok Itu Demi Siapa?

Jakarta, Bagi beberapa orang terutama yang sudah masuk kategori perokok berat cenderung sulit melepaskan kebiasaannya ini. Tapi jika perokok ingin menghentikan kebiasaannya, maka demi siapa ia melakukannya?

"Alasan orang berhenti merokok biasanya pertama kali karena sudah sakit, jadi untuk dirinya sendiri," ujar Dr Nancy Tobing Hutabarat, SpP, FCCP, MARS, dokter ahli paru RSUD Pasar Rebo Jakarta

Selain itu Dr Nancy menjelaskan ada hal lain yang turut mempengaruhi seseorang mampu berhenti merokok yaitu ada niat yang kuat serta pengaruh dari keluarga misalnya anak jadi batuk-batuk.

Beberapa penyakit yang bisa membuat orang berhenti merokok misalnya batuk yang tak kunjung sembuh, gangguan seperti flek di paru-paru, tuberculosis bahkan hingga penyakit kanker. Ini karena rokok membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lemah sehingga mudah tertular atau terserang penyakit.

Dr Nancy menuturkan faktor-faktor berhenti merokok sangat sulit ditentukan, tapi hal yang terpenting adalah adanya niatan dari dalam dirinya bahwa merokok tidak ada gunanya untuk tubuh.

Hal ini karena efek dari rokok bisa baru muncul setelah bertahun-tahun akibat efek adiksi yang bertambah. Jadi umumnya perokok tidak menyadari bahwa kebiasan yang dilakukannya berbahaya tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga bagi orang orang lain.

"Perokok pasif menghirup asap rokok secara sempurna karena ia sama sekali tidak punya ketahanan tubuh, ini berbeda dengan perokok aktif yang punya sistem imun untuk melawan. Karenanya perokok pasif lebih rentan memiliki dampak buruk," ungkapnya.

Ada studi yang menunjukkan sekitar 8 dari 10 istri-istri dari suami yang perokok aktif memiliki kanker paru, karena itu merokok membahayakan semua orang dan nggak ada manfaatnya dari merokok itu.

Sementara itu dr Tribowo Tuahta Ginting, SpKJ yang bergabung menjadi tim dokter di Klinik Berhenti Merokok RSUP Persahabatan menyatakan kebanyakan orang berhenti merokok karena keluarga seperti anak, istri atau pasangan sama kesehatan dirinya sendiri dan orang lain.

"Biasanya karena merasa badannya sudah nggak enak, atau karena ia baru memiliki anak. Tapi biasanya karena dari dirinya sendiri memang sudah punya niat sebelumnya dan didukung oleh orang-orang disekitarnya," ujar dr Tribowo.

British American Tobacco Laporkan Peningkatan Keuntungan

London (AFP/ANTARA) - British American Tobacco, pembuat rokok terbesar kedua di dunia, mengatakan pada Rabu keuntungan bersih semester pertama mereka meningkat pada permintaan pasar negara berkembang dan harga yang lebih tinggi.

Keuntungan setelah pajak meningkat sebanyak 3,0 persen menjadi 1,93 miliar poundsterling (sekitar Rp28,39 triliun) dalam enam bulan sampai Juni, dibandingkan dengan 1,87 miliar poundsterling (sekitar Rp27,51 triliun) pada tahun fiskal sebelumnya di periode yang sama.

Pendapatan mereka naik tipis menjadi 7,45 miliar poundsterling (sekitar Rp109,62 triliun) dari 7,44 miliar poundsterling (sekitar Rp109,47 triliun) sebelumnya, kata BAT dalam sebuah pernyataan.

"Walaupun ada ketidakpastian ekonomi global dan dampak merugikan nilai tukar mata uang, British American Tobacco mencapai hasil yang sangat memuaskan," kata direktur Richard Burrows.

"Usaha ini terus berjalan dengan baik dan kami yakin terjadi kenaikan penghasilan di tahun yang akan datang

sumber: yahoonews.com 

YKI: Kalau Nggak Ada Rokok, 50 Persen Kasus Kanker Hilang

Jakarta, Kebiasaan rokok banyak dikaitkan dengan makin meningkatnya kasus kanker belakangan ini. Bahkan menurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI), 50 persen kasus kanker yang ada di seluruh dunia akan hilang jika tidak ada lagi orang yang merokok.

"Sekitar 50 persen masalah kanker itu disebabkan oleh rokok. Jadi kalau nggak ada rokok, 50 persen kasus kanker hilang," kata Dr Ulfana Said Umar, Wakil Sekretaris Umum YKI usai launching Cigna Complete Cancer Protection di Restoran Bebek Bengil Menteng, Kamis (2/8/2012).

Dari sekitar 4.000 senyawa yang terkandung dalam rokok, 60 senyawa di antaranya merupakan karsinogen atau zat pemicu kanker. Oleh karenanya, tidak heran jika rokok selalu dikambinghitamkan sebagai faktor pemicu dalam berbagai jenis kanker pada manusia.

Jenis kanker yang paling banyak dikaitkan dengan rokok umumnya berkaitan dengan saluran nafas terutama paru-paru, yang memang terlibat kontak langsung dengan asap rokok. Data dari RS Persahabatan misalnya, mengungkap bahwa 9 dari 10 pasien kanker paru punya riwayat merokok.

Bahkan jenis-jenis kanker pada organ yang tidak secara langsung terlibat kontak dengan asap rokok, juga banyak berhubungan dengan riwayat merokok. Misalnya para perempuan, kanker serviks atau leher rahim dan kanker payudara juga sering dikaitkan dengan rokok sebagai faktor risiko.

Sayangnya, peraturan yang mengendalikan konsumsi rokok di Indonesia termasuk yang paling lemah dibanding negara lain di dunia. Harga rokok di Indonesia masih termasuk yang paling murah, boleh dijual eceran dan dibeli anak-anak, serta belum terlalu ketat mengatur area bebas rokok.

Akibatnya dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan jumlah perokok yang kebetulan dibarengi dengan peningkatan jumlah penderita berbagai jenis kanker. Bahkan data dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menunjukkan, jumlah perokok di kalangan anak usia 10-14 tahun naik lebih dari 4 kali lipat sejak 1995.


sumber : detik health.com

Yang Bikin Orang Merokok Lagi Setelah Bisa Berhenti

Jakarta, Berhenti merokok bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan, karena itu tak jarang banyak orang terjerumus untuk merokok lagi. Ini dia beberapa hal yang bisa bikin orang merokok lagi.

"Keinginan untuk merokok lagi pasti ada, misalnya jika ia bertemu dengan teman di kantor atau komunitasnya yang menawari rokok maka bisa membuatnya merokok lagi meski ia sudah berhenti total," ujar Dr Nancy Tobing Hutabarat, SpP, FCCP, MARS, dokter ahli paru RSUD Pasar Rebo Jakarta, saat dihubungi detikHealth dan ditulis Rabu (25/7/2012).

Dr Nancy menjelaskan hal yang paling utama membuat orang kembali merokok lagi adalah karena pengaruh dari adiksi nikotin yang ada serta gaya hidupnya misal masih suka bergabung dengan komunitas yang banyak merokok.

"Nikotin di dalam rokok yang bikin orang jadi kecanduan, dan gangguan serta adiksi dari nikotin ini seperti heroin dan juga kokain," ujar Dr Nancy yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Hal lain yang bisa memicu orang untuk merokok lagi adalah kurangnya dukungan dari orang-orang disekitarnya termasuk teman dan keluarga, karena melihat atau mencium bau rokok saja sudah bisa menggoda orang untuk kembali merokok.

Salah satu hal yang bisa membuat orang terbebas dari rokok adalah caranya mengubah pola pikir tentang kebiasaan buruknya ini. Misalnya jika seseorang berhenti merokok karena alasan tertentu seperti stres maka suatu saat nanti ia bisa saja kembali merokok jika bertemu dengan pemicu potensialnya ini.

Selain itu pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki tentang rokok dan bahayanya menjadi bagian yang penting saat seseorang mencoba untuk bebas dari kecanduannya ini. Serta dibutuhkan kesabaran dari dirinya sendiri terutama jika perasaan ingin menyerah atau merokoknya muncul lagi.

Jika sampai kambuh lagi, sebaiknya tetaplah berpikir positif dan kumpulkan kembali semangat untuk terus mencoba berhenti merokok. Ini karena manfaat kesehatan yang bisa didapatkan dengan berhenti merokok sangat layak dan patut untuk diperjuangkan.

"Bagi saya orang yang merokok itu tidak berpendidikan, karena kalau ia berpendidikan maka ia nggak akan merokok dan tidak akan merusak dirinya sendiri dan lingkungannya," ujar Dr Nancy.

sumber: detik health.com

Minggu, 05 Agustus 2012

WORLD TOBACCO ASIA 2012

World tobacco asia ( WTA ) adalah sebuah pameran dan konferensi untuk memasarkan dan membahas isu isu terbaru yang berhubungan dengan produl rokok acara ini rutin di adakan setiap tahunya dan tuan rumahnya di gilir dari masing masing negara. dan tahun ini Indonesia menjadi tuan rumah WTA 2012 ( apakah itu sesuatu hal yang perlu di banggakan ?) padahal menurut info negara negara di asia menolak menjadi tuan rumah acara akbar ini hanya indonesia yang menerima dengan sangat bangga

KENAPA INDONESIA BISA DI PILIH ?
Indonesia memiliki salah satu industri tembakau paling dinamis di mana konsumsi tembakau masih tumbuh dengan subur dan  dan pemerintah mendukung acara tersebut karena melihat dampak postif terhadap industri temabaku di indonesia. Indonesia adalah negara terbesar ke-5 dalam pasar kreteknya. Sekitar 57% dari populasi pria dewasa Indonesia dan sekitar 5% dari populasi wanita dewasa adalah seorang perokok , yang berarti populasi perokok sekitar 43 juta.Indonesia juga merupakan pasar pertumbuhan. Pandangan umum adalah bahwa pasar Indonesia meningkat sekitar 5% pada tahun 2008, dibandingkan dengan tahun sebelumnya, untuk beberapa batang 168bn. Hal ini disebabkan pertumbuhan populasi orang dewasa dan kenyataan bahwa kenaikan pajak rokok-driven harga sudah lebih rendah daripada tingkat inflasi umum. Dan, serta merekam tahun konsisten pada pertumbuhan tahun, pasar telah berubah.

banyak yang beranggapan bahwa acara ini adalah sebuah PENGHINAAN terhadap bangsa indonesia karena dalam situs resmi WTA terdapat tulisan " indonesia is a recognized tobacco-friendly market with no smoking bans or other restrictions and regulations in contracts to neighboring ASEAN countries. IN 2009, the asia pacific regions added six million new smokers and will another 30 million smokers by 2014 "  

lalu apakah INDONESIA BISA BERBANGGA melihat kesehatan bagi rakyatnya sendiri terinjak injak oleh politik marketing indusrty ?



sumber:  festivalindonesia.wordpress.com/2010/09/21/world-tobacco-asia-2012