Minggu, 25 Maret 2012

Industri Rokok Selalu Berkedok Melindungi Petani Tembakau


Jakarta, Mengatasnamakan kepentingan petani tembakau adalah strategi standar perusahaan rokok di seluruh dunia. Sebenarnya, keuntungan yang diperoleh petani tembakau pun tidak terlalu banyak. Keuntungan terbesar adalah pada pemilik perusahaan rokok

Saat ini, berbagai perusahaan rokok internasional sangat mengincar pasar di Indonesia karena minimnya regulasi yang mengatur tentang rokok. Berbeda dengan beberapa negara maju dan negara ASEAN lainnya, kebijakan tentang merokok dan iklan rokok belum diatur ketat di negara ini. Di Indonesia, masih banyak dijumpai orang yang merokok di tempat umum. Bahkan toko yang berada di dekat sekolah juga tidak dilarang menjual rokok.

Merokok merupakan perilaku kecanduan yang telah mewabah di Indonesia. Menurut data Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan lembaga kesehatan dunia (WHO), jumlah perokok di Indonesia menempati peringkat ke-3 di dunia, lebih dari 80 juta penduduk Indonesia merokok. Kematian akibat merokok di Indonesia mencapai 427.948 orang setiap tahunnya atau 1172 perhari. Sebagian besar di antaranya adalah usia produktif.

Minimnya regulasi ini karena Indonesia merupakan satu-satunya negara yang masih bisa diotak-atik oleh kepentingan industri rokok. Banyak perusahaan rokok internasional yang menginvestasikan modal untuk pasar yang masih terbuka luas ini. Perusahaan rokok memiliki strategi jitu untuk menarik massa. Mulai dari menyeponsori acara musik, olahraga, hingga memberikan beasiswa pendidikan. Salah satu jurus jitunya adalah dengan mengatasnamakan industrinya melindungi petani tembakau.

"Mengatasnamakan kepentingan petani tembakau adalah strategi standar perusahaan rokok di seluruh dunia. Industri rokok datang dengan modal besar untuk menginvestasikan uangnya. Mereka akan melakukan berbagai cara untuk menarik simpati masyarakat. Sebenarnya, keuntungan yang diperoleh petani tembakau pun tidak terlalu banyak. Keuntungan terbesar adalah pada pemilik perusahaan rokok," kata dr Pankaj Chaturvedi, MBBS, MS, FAIS, FICS dari Voice of Tobacco Victims (VOV) di India, lembaga yang mendorong pengetatan regulasi tembakau di India dalam diskusi bersama media di RS Persahabatan, Jakarta, Sabtu (24/3/2012).

India merupakan salah satu negara yang berhasil menetapkan larangan ketat tentang merokok. Di India, Undang-undang regulasi tembakau sudah disahkan sejak tahun 2003. Undang-undang ini melarang perokok untuk merokok di tempat umum, melarang penayangan iklan rokok di media massa, melarang penjualan rokok di sekitar sekolah, juga melarang menjual rokok untuk anak berusia di bawah 18 tahun.

Awalnya, India sempat menghadapi perlawanan yang sama dari para petani dalam menerapkan undang-undang ini. Tapi nyatanya, udnang-undang ini berhasil disahkan tanpa menyengsarakan kehidupan petani tembakau. Caranya, pemerintah segera menyediakan petani alternatif tanaman pengganti selain tembakau seperti gandum dan jagung. Pemerintah India juga bersedia mengganti kerugian petani apabila petani tembakau yang beralih menanam tanaman lain mengalami kerugian.

"Apa yang membuat para petani di India awalnya bersikeras untuk menanam tembakau adalah karena perusahaan rokok sudah lebih dulu membayar tembakau sesuai areal tanah yang ditanami, berbeda dengan tanaman lain yang baru mendapat keuntungan setelah panen. Tanaman tembakau sama sekali tidak memiliki manfaat kesehatan, kecuali untuk insektisida. Bahkan kumbang dan serangga pun enggan mendekati tanaman tembakau," kata dr Pankaj.

Apalagi, dr Pankaj melihat petani di Indonesia tidak hanya mengandalkan tembakau sebagai tanaman budi daya. Jadi seharusnya mengajak petani untuk tidak menanam tembakau seharusnya bisa lebih mudah dibandingkan di India.

sumber: detik health

Sabtu, 24 Maret 2012

Perokok Berisiko Tinggi Jadi Pecandu Kokain

CALIFORNIA - Para ilmuawan dari Colombia University mengklaim rokok merupakan awal mula penyebab orang memakai narkoba dan berisiko tinggi menjadi pencandu.

Mereka mengatakan rokok dan alkohol merupakan "pintu gerbang" yang mengarahkan seseorang untuk menggunakan ganja, kokain, ekstasi, dan obat terlarang lainnya. Demikian seperti dikutip TG Daily, Minggu (6/11/2011).

Sebuah artikel mengenai "Science Translational Medicine" yang ditulis Amir Levine, Denise Kandel, Eric Kandel, dan rekan lainnya di Columbia University Medical Center memberikan penjelasan molekuler mengenai urutan "pintu gerbang" seseorang yang akhirnya menggunakan narkoba.

Mereka mengklaim sudah menguji penemuan mereka di laboratorium terhadap tikus (yang memiliki struktur syaraf mirip manusia). Para ilmuwan menyebutkan nikotin merupakan penyebab perubahan dalam otak sehingga tidak berdaya ketika melawan kecanduan kokain.

Tingkat penggunaan nikotin dan kokain yang dianalisis menentukan sebuah rezim perlakukan awal nikotin secara dramatis terhadap perubahan respons pada konsumsi kokain yang berhubungan dengan perilaku kecanduan.

Berdasarkan hasil penelitian yang terinspirasi dari analisis baru dan data epidemiologi manusia menunjukan, pengguna kokain pada umumnya dimulai setelah mereka merokok dan hal ini berisiko tinggi membuat mereka menjadi pencandu.

"Penelitian ini menimbulkan pertanyaan menarik yang saat ini dapat digali lebih lanjut pada model binatang," ungkap Danise Kandel, salah satu penulis.

"Pertanyaannya meliputi, apakah alkohol dan ganja dapat membuat perangsangan dalam otak atau masuk dalam urutan 'pintu gerbang' penggunaan narkoba, seperti halnya nikotin? Kemudian, apakah setiap urutan menggunakan mekanisme yang berbeda?," lanjutnya.

Perlu diketahui penelitian epidemiologi dan data tidak membuktikan sebab-akibat. Keduanya hanya membuktikan adanya keterkaitan satu sama lain.

Artinya, penelitian ini menunjukkan ketergantungan kokain dapat dikaitkan dengan nikotin, tetapi penggunaan nikotin belum bisa dibuktikan secara pasti apakah dapat membuat orang kecanduan kokain.

"Hasil penelitian ini bertujuan untuk menciptakan program pencegahan yang efektif bagi kesehatan masyarakat terhadap bahaya nikotin, terutama bagi remaja," simpul para peneliti.
 
sumber: okezone.com